HARAPAN UMMAT” – FILM PENDEK

Suasana muram membuka film ini. Adegan dimulai dengan sosok tokoh pendiri Partai Ummat “Amien Rais” membuka gerbang rumah yang lebar pada malam hari. Warna temaram menimbulkan kesan sendu dan kelabu. Warna hitam pekat ada di mana-mana. Penerangan sekadarnya hanya berasal dari sepuluh obor, lima di kiri dan lima di kanan, yang mengapit jalan di halaman rumah.

Seorang tokoh reformasi “Amien Rais”, dialah dialah Generalissimo Perubahan Indonesia. Beliau baru saja pulang malam hari dan memasuki halaman rumahnya. Dengan langkah yang jauh berbeda 21 tahun sebelumnya ketika dia dengan gagah memimpin reformasi.

Dalam usia di atas 70 tahun, langkah Amien Rais menunjukkan kematangan dan kebijaksanaan seorang guru bangsa. Usia tak memudarkan semangatnya, namun semakin meneguhkan prinsip yang selama ini dia diperjuangkan.

Setelah sampai di dalam kamar kerja, Amien Rais mulai menulis mukaddimah pendirian Partai Ummat dengan tulisan tangan pada sebuah buku tulis. Mukaddimah ini adalah respon terhadap keadaan bangsa sekarang ini yang memang sedang berduka akibat banyaknya kezaliman.

Demonstrasi melawan Omnibus Law yang tidak berpihak kepada rakyat menimbulkan banyak korban. Pada sebuah upacara melayat akibat kematian seorang anggota keluarga yang miskin, Amien Rais tampak hadir memberikan penghiburan.

Dalam perjalanan pulang menumpangi becak setelah melayat, Amien Rais melihat truk pengangkut bertuliskan “beras import bersih dan wangi“ yang disertai aksara Cina, padahal berita menyebutkan stok beras masih banyak menumpuk di gudang Bulog. Realitas ini tampak absurd, tapi itulah yang dilihat secara kasat mata oleh sang tokoh reformasi.

Tak lama setelah itu Amien Rais menemukan amplop map lamaran kerja di pinggir jalan milik seorang pencari kerja berwajah Papua. Amplop map ini sebelumnya dibanting oleh pemiliknya karena gagal mendapatkan pekerjaan yang diharapkan.

Pengangguran di mana-mana. Rakyat ingin bekerja untuk menyambung hidup, namun harapan ini kandas karena pertumbuhan ekonomi yang rendah tidak memungkinkannya terjadi.

Setelah menemukan alamat, Amien Rais mengembalikan benda yang dia temukan di pinggir jalan tadi kepada si pemilik yang sedang berada di sebuah warung bersama seorang pengamen “manusia silver“ dan seorang anggota masyarakat kelas bawah lainnya.

Manusia-manusia yang ditemui Amien Rais dalam kehidupan sehari-hari yang berjuang hanya untuk sekadar menyambung hidup adalah mereka yang disebut dalam kajian poskolonial sebagai kelompok subaltern, yaitu mereka yang bahkan suara pun tidak punya.

Kepada merekalah Amien Rais berbicara dengan penuh empati. Amien Rais berusaha memahami setiap penderitaan yang tak terperikan, potret nyata yang tersaji di depan mata.

Film “Harapan Ummat“ memberikan jalan keluar dari kepungan suasana hitam, mengajak anak bangsa untuk keluar dari kegelapan menuju cahaya atau min azzulumaati ila annuur seperti tercantum dalam kitab suci al-Qur’an, mengajak kita untuk kembali kepada Al-Qur’an dan menaati perintahNya (Allah SWT). Apakah isi perintah itu? “Pertama, melakukan al amru bil ma’ruf dan annahyu anil munkar, yakni memerintahkan tegaknya kebajikan dan memberantas keburukan. Yang kedua, menjalankan al amru bil adli dan annahyu aniz zulmi, yakni menegakkan keadilan dan memberantas kezaliman.”

Kutipan di atas adalah mukaddimah yang menjadi pondasi berdirinya Partai Ummat. Mengapa para pendiri mengajak semua lapisan masyarakat berkumpul dalam suatu parsyarikatan berbentuk partai.

Lanjut mukaddimah itu, “Yang pertama lebih bergerak pada tataran personal, familial dan komunal, maka yang kedua bergerak lebih pada tataran nasional dan berkaitan dengan masalah kekuasaan.“

Amien Rais lewat Partai Ummat memanggil semua anak bangsa untuk berjuang mengubah keadaan kelam ini. Partai Ummat adalah partai milik semua orang yang mengidamkan tegaknya kebenaran dan keadilan serta sirnanya kezaliman.

Panggilan ini begitu merasuk ke dalam kalbu sehingga disambut sepenuh hati oleh kaum subaltern, lalu mendeklarasikan berdirinya Partai Ummat di pinggir laut yang penuh deburan ombak.

Mereka adalah keluarga gadis kecil berjilbab putih yang baru saja ditinggal mati oleh seorang anggota keluarga, pencari kerja berwajah Papua yang putus asa, tukang becak, pengamen “manusia silver“, pengamen badut di perapatan jalan yang datang dengan badutnya menggunakan becak, dan manusia kelas bawah lainnya.

Ketika deklarasi di pinggir laut ini direkam dan diunggah ke internet, maka dosen, mahasiswa, satpam, ibu-ibu yang sedang bekerja di dapur, dan semua lapisan masyarakat menemukan kesamaan harapan dengan mereka yang berada di tempat deklarasi.

Ya, harapan. Harapan akan perubahan.

5 MEI 2021

REAKSI TERHADAP VIDEO

INDAH NEVERTARI – @inevtariworld

CAKKA KANURAGA @cakkanrg

“Ketika kita memperlalukan orang dengan baik, orang-orang sama itu mungkin tidak memperlakukanmu dengan cara yang sama. Tetapi jika kita memperhatikan, kita akan melihat Allah SWT telah mengirim orang lain yang memperlakukanmu dengan lebih baik.”

Omar Suleiman